pengelolaan kelas
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
2
Pengelolaan kelas
termasuk faktor penting yang membantu anak didik dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Oleh karena itu guru dituntut untuk meningkatkan peran dan
kompetensinya, guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan
belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil
belajar siswa berada pada tingkat yang optimal.
Pengelolaan kelas dipandang sebagai salah satu aspek penyelenggaraan
sistem pembelajaran yang mendasar, di antaranya
mengelola tingkah laku siswa dalam kelas, menciptakan iklim sosio
emosional dan mengelola proses kelompok. Aktivitas pengelolaan yang dilakukan
oleh guru dalam rangka menciptakan kondisi yang optimal agar proses
pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dapat berupa tindakan pencegahan
atau perbaikan.
3
Tindakan pecegahan dapat
dilakukan dengan jalan menyediakan atau membangun kondisi baik fisik maupun
kondisi sosio emosional yang dirasakan kenyamanan dan keamanannya oleh peserta
didik sehingga mereka termotivasi untuk belajar. Setelah tindakan preventif
dilakukan maka tindakan selanjutnya adalah tindakan korektif terhadap tingkah
laku peserta didik yang menyimpang dan merusak kondisi optimal pembelajaran
yang sedang berlangsung. Tindakan itu antara lain dapat berupa tindakan darurat
dan tindakan strategis. Tindakan darurat adalah tindakan yang diambil untuk
mengatasi perilaku yang tidak disiplin dan mengganggu pada saat pembelajaran
demi tujuan jangka pendek. Sedangkan tindakan strategis adalah tindakan yang
diambil untuk mengatasi perilaku peserta didik yang tidak disiplin dengan
tujuan mengubah dan memperbaiki perilakunya.
4
Berdasarkan
masalah-masalah yang bersifat individual dan kolektif yang sering kali terjadi
dalam pengelolaan kelas, sebagai pekerja profesional, seorang guru harus
mendalami kerangka acuan pendekatan-pendekatan kelas, sebab ia harus terlebih
dahulu meyakini bahwa pendekatan yang dipilihnya untuk menangani suatu kasus
pengelolaan kelas merupakan alternatif yang terbaik sesuai dengan hakekat
masalahnya. Artinya seorang guru terlebih dahulu harus menetapkan bahwa
penggunaan suatu pendekatan memang cocok dengan hakekat masalah yang ingin
ditanggulangi. Ini tentu tidak dimaksudkan untuk mengatakan bahwa seorang guru
akan berhasil baik setiap kali ia menangani kasus pengelolaan kelas.
Sebaliknya, keprofesionalan cara kerja seorang guru adalah demikian sehingga
apabila alternatif tindakannya yang pertama tidak memberikan hasil sebagaimana
yang diharapkan, maka ia masih mampu melakukan analisis ulang terhadap situasi
untuk kemudian tiba pada alternatif pendekatan yang kedua, dan seterusnya.
1.2.
RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas, maka
kita dapat menyimpulkan beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1.2.1 Apa pengertian Pengelolaan Kelas?
1.2.2 Apa itu Pendekatan Pengelolaan Kelas?
1.2.3 Apa
Saja Macam Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas?
1.3 Tujuan Penulisan
Sedangkan
tujuan penulisan dimaksudkan untuk :
1.3.1 Memahami pengertian Pengelolaan Kelas?
1.3.2 Mengetahui arti Pendekatan Pengelolaan Kelas?
1.3.3 Mengetahui
Macam Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas?
1.4 Manfaat Penulisan
Berdasarkan
tujuan penulisan maka manfaat penulisan makalah ini adalah agar kita dapat
mengetahui seperti apa masa remaja,hal-hal yang terjadi pada masa remaja
sehingga kita dapat lebih memahami karakter remaja
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Pengertian Pengelolaan Kelas
Peserta didik dalam mengikuti pembelajaran itu tidak
hanya secara jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat secara psikologis. Dengan
kata lain, peserta didik harus dibimbing untuk mendapatkan pengalaman, dan
membentuk kompetensi yang akan mengantar mereka mencapai tujuan dari sebuah
pembelajaran. Ini berarti bahwa guru harus mampu memaknai kegiatan pembelajaran
dengan serangkaian kreativitasnya, salah satunya dari kemampuan guru dalam
pengelolaan kelas.
Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata yaitu,
Pengelolaan dan Kelas. Istilah lain dari kata pengelolaan adalah
“manajemen”. Manajemen berasal dari bahasa Inggris, yaitu “management”, yang
berarti ketataaksanaan, tata pimpinan, pengadministrasian, pengaturan atau
penataan suatu kegiatan.(Djamarah:2006, 196). Sedangkan kelas menurut Hamalik yang dikutip oleh Djamarah adalah suatu kelompok orang yang
melakukan kegiatan pembelajaran secara bersama, yang mendapat bimbingan dari
seorang pengajar/guru. Pengertian ini jelas meninjaunya dari segi peserta
didik, karena dalam pengertian tersebut ada “frase kelompok orang”. Pendapat
ini sejalan dengan pendapat Arikunto yang juga dikutip oleh Djamarah yang
menyatakan bahwa kelas adalah sekelompok peserta didik yang pada waktu yang
sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama.(Djamarah: 2006).
Berbeda dengan pendapat Nawawi yang memandang kelas
dari dua sudut, yaitu: (a) Kelas dalam
arti sempit/tradisional yakni, ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat
sejumlah berkumpul untuk mempelajari sebuah materi dalam sebuah pembelajaran.
Kelas dalam pengertian tradisional ini mengandung sifat statis karena sekedar
menunjukkan pada kelas dalam makna sebuah sarana pembelajaran yang digunakan
untuk mengelompokkan menurut tingkat perkembangannya yang antara lain
didasarkan pada batas umur kronologis masing-masing; (b) Kelas dalam arti luas
adalah, suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah,
yang sebagai suatu kesatuan diorganisir menjadi unit kerja yang secara dinamis
dapat menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pembelajaran yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan.
(Djamarah: 2006).
Selanjutnya pengelolaan kelas menurut Rohani adalah
menunjuk kepada pengaturan orang (dalam hal ini terutama peserta didik) maupun
pengaturan fasilitas. Fasilitas disini mencakup pengertian yang luas mulai dari
ventilasi, penerangan, tempat duduk, sampai dengan perencanaan program belajar
mengajar yang tepat (Rohani: 2004). Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh
Arikunto, menurutnya pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh
penanggungjawab kegiatan pembelajaran atau asisten/yang membantu dengan maksud
agar dicapainya kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan pembelajaran
seperti yang diharapkan.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa yang
dimaksud dengan pengelolaan kelas adalah keterampilan guru dalam
menata/menciptakan dan memelihara sebuah kelas
dan fasilitasnya agar atmosfir pembelajaran dapat terkendali secara
optimal baik ketika pembelajaran dalam kondisi normal maupun ketika ada muncul
hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. Selain itu, petugas yang
bertanggungjawab dalam pengelolaan kelas "guru" dapat melibatkan
peserta didik dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan tersebut.
Penjelasan di atas memberikan gambaran bahwa
pengelolaan kelas yang dilakukan guru bukan tanpa tujuan. Secara umum tujuan
pengelolaan kelas adalah terciptanya kelas dengan berbagai fasilitas yang
dibutuhkan dan mampu menopang keberhasilan
kegiatan pembelajaran di kelas. Fasilitas yang disediakan memungkinkan
peserta didik untuk belajar dan bekerja dalam suasana sosial-emosional yang
memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional,
sikap serta apresiasi pada materi pembelajaran sehingga mereka dapat mencapai
tujuan pembelajaran itu sendiri.
Aktivitas pengelolaan yang dilakukan oleh guru dalam
rangka menciptakan kondisi yang optimal agar proses pembelajaran dapat
berlangsung secara efektif dapat berupa tindakan pencegahan atau perbaikan.
Tindakan pecegahan dapat dilakukan dengan jalan menyediakan atau membangun
kondisi baik fisik maupun kondisi sosio-emosional yang dirasakan kenyamanan dan
keamanannya oleh peserta didik sehingga mereka termotivasi untuk belajar.
Kegiatan pengelolaan kelas yang bersipat preventif
tersebut antara lain: Pertama, mengatur ruang kelas yang memungkinkan semua
bergerak leluasa tidak berdesak-desakan dan saling menggangu antara peserta
didik yang satu dengan yang lainnya pada saat melakukan aktivitas belajar.
Tidak ada satupun pengaturan ruangan yang ideal dan tidak boleh dirubah, namun
terdapat beberapa pilihan yang bisa dipilih.
Menurut Silberman (2001) ada sepuluh rancangan tata
ruangan kelas yaitu:out grouping, susunan chevron, kelas traditional dan
auditorium. tata ruangan berbentuk hurup U, bercorak tim, meja konferensi,
lingkaran, kelompok untuk kelompok, workstation, break out grouping,
susunan chevron, kelas tradisional dan auditorium. Terkait dengan hal di
atas, dalam mengatur kelas perlu diperhatikan juga pengaturan tempat duduk. Pengaturan posisi
tempat duduk di kelas sangat berpengaruh
bagi para peserta didik, interaksi antar mereka dan interaksi dengan guru.
Dalam mengatur tempat duduk peserta didik dapat disesuaikan dengan rancangan
pembelajaran dan jenis teknik mengajar yang dipilih guru.
Format apapun yang dipilih guru dalam mengatur tempat
duduk haruslah berdasarkan persyaratan berikut ini: (1) Memiliki kemudahan
untuk mengembangkan dan memantau proses pembelajaran yang sedang berlangsung;
(2) Selalu memungkinkan guru memiliki akses untuk berkomunikasi dengan dari waktu ke waktu; (3) Menjaga proses
pembelajaran yang sedang berlangsung agar tidak mengganggu proses pembelaran
dari kelas yang berdampingan; (4) Dapat menyesuaikan dengan tingkat
perkembangan psikologis; dan (5) Menjaga asas keadilan bagi setiap peserta
didik. Apabila guru menetapkan salah satu format dalam jumlah lebih dari satu
pada satu saat untuk satu tugas kelas, maka prinsip kerja sama lebih diutamakan
daripada prinsip kompetensi bebas. (Harsanto: 2007)
Kedua,
mengatur situasi kelas. Kondisi sosio-emosional dalam kelasakan mempunyai
pengaruh yang cukup besar terhadap proses pembelajaran. Kegairahan peserta
didik merupakan efektivitas tercapainya tujuan pembelajaran. Kondisi sosio-
emosional seperti itu terwujud dalam
interaksi edukatif dialogis antara guru dan peserta didik. Interaksi
eduakatif dialogis mempunyai tujuan untuk mendidik dan mengantar peserta didik
pada arah "kedewasan". Ciri-ciri dari interaksi edukatif dialogis
sebagai berikut: 1) Ada tujuan yang ingin dicapai. 2) Ada bahan atau pesan yang
menjadi isi interaksi. 3) Ada pelajar yang aktif mengalami. 4) Ada guru
yang melaksanakan. 5) Ada metode yang digunakan. 6) Ada proses interaksi
yang berjalan dengan baik. 7) Ada penilaian terhadap hasil interaksi (Tohirin:
2005).
Setelah tindakan preventif dilakukan pada
awal pengelolaan kelas, maka tindakan selanjutnya adalah tindakan korektif terhadap tingkah laku
peserta didik yang menyimpang dan merusak kondisi optimal pembelajaran yang
sedang berlangsung. Tindakan itu antara lain dapat berupa tindakan darurat dan
tindakan strategis. Tindakan darurat adalah tindakan yang kita ambil untuk
mengatasi perilaku yang tidak disiplin dan mengganggu pada saat pembelajaran
demi tujuan jangka pendek.
Sedangkan tindakan strategis adalah tindakan
yang diambil untuk mengatasi perilaku peserta didik/siswa yang tidak disiplin
dengan tujuan mengubah dan memperbaiki perilakunya. Ada lima langkah yang dapat membantu dalam
mengambil tindakan stategis ini yaitu:
(1) Membuat catatan dan daftar perilaku siswa yang dinilai menggangu;
(2) Amati setiap perilaku yang
mengganggu; (3) Sesudah disusun skala prioritas perilaku siswa yang akan
ditangani, perlu adanya kejelasan tujuan dari bertindak; (4) Dibuat rencana kerja yang hendak
dilakukan; dan (5) pelaksanaan rencana kerja.(Harsanto:2007).
B.
Pendekatan dalam Pengelolan
Kelas
2.1
Pendekatan iklim Sosio-Emosional
Pendekatan
ini dibangun atas dasar asumsi bahwa manjemen kelas yang efektif dan pengajaran
yang efektif sangat bergantung pada hubungan yang positif anta guru dan peserta
didik. Guru adalah penentu utama atas
hubungan antar dan iklim kelas. Oleh karena itu, tugas pokok guru dalam manajemen kelas adalah
membangun hubungan antar pribadi yang positif dan meningkatkan iklim
sosio-emosional yang positif pula. Premis utamanya adalah kelancaran proses belajar yang penting sangat bergantung
pada kualitas sikap yang terdapat dalam hubungan pribadi antara guru dan
peserta didik. Cara guru berkomunikasi ialah dengan berbicara sesuai situasi,
bukan dengan kepribadian atau watak siswa. Apabiila dihadapkan kepada prilaku
siswa yang tidak dikehendaki, guru dinasihatkan agar menerangkan apa yang
dlihatnya, menjelaskan apa yang dirasakannya, dan menerangkan apa yang perludilakukan. Guru menrima siswa, tetatapi tidak Menerima
atau menyetetujui prilakunya.
Pandangan
yang lain dapat digolongkan sebagai pendekatan sosio emosional adalah dari
Glasser. Glasser menekankan pentingnya keterlibatan guru dengan menggunakan strategi
manajemen yang disebutnya terapi kenyataan. Glasser(2009) menyatakan bahwa
satu-satunya kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan akan identitas yaitu
persaan berhasil dan dihargai. Untuk
mencapai identitas berhasil dalam konteks sekolah, seseorang harus
mengembangkan persaan tanggung jawab sosial dan harga diri. Tanggung jawab
sosial dan harga diri adalah hasil yang diperoleh siswa yang telah
mengembangkan hubungan yang baik dan dengan sesamanya. Jadi untuk mengembangkan
identitas keberhasilan yang penting adalah keterlibatan.prilaku siswa yang
menyimpang adalah buah kegagalannya mengembangkan identitas keberhasilan.
2.2 Pendekatan proses
kelompok
Premis
utama yang mendasari pendekatan proses kelompok berdasarkan pada asumsi-asumsi,
yakni:
1.
Tugas pokok
guru adalah menciptakan dan membina kelompok kelas yang efektif dan produktif
2.
Kelompok
kelas adalah suatu sistem sosial yang mengandung ciri-ciri yang terdapat pada
semua sistem sosial
3.
Pengelolaan
kelas oleh guru adalah menciptakan sussana belajar yang menguntungkan.
Schumuck mengemukakan enam ciri mengenai menejemen kelas yaitu:
1.
Harapan,
adalah persepsi yang dimiliki oleh guru dan sisswa mengenai hubungan mereka
satu sama lain.
2.
Kepemimpinan,
adalah perilaku yang membantu kelompok bergerak menuju pencapaian tujuannya.
Jadi perilaku kepeminpinan terdiri dari tindakan-tindakan anggota kelompok ,
termasuk didalamnya tindakan-tindakan yang membantu penetapan norma –norma
kelompok, dan yang menciptakan keterpaduan kelompok.
3.
Daya tarik, menunjukan
pada pola-pola persahabatan dalam kelompok kelas. Daya tarik dapat digambarkan
sebagai tingkat persahabatan yang terdapat di antarapara anggota kelompok
kelas. Contohnya guru berusaha meningkatkan sikap menerima terhadap para siswa
yang tidak disukaidan anggota-anggota baru.
4.
Norma ialah
pengharapan bersama mengenai cara berfikir , cara berperasaan , dan cara
berperilaku para anggota kelompok. Norma sangat memepengaruhi hubungan antar
pribadi, karena norma tersebut memberikan pedoman yang membantu para anggota
memahami apa yang diharapkan dari orang alin.
5.
Komunikasi,
baik verbal maupunnonverbaladalah dialog antara anggota-anggota kelompok .
6.
Keterpaduan
adalah menyangkut perasaan kolektifyang dimiliki oleh para anggota kelas
mengenai kelompok kelasnya. Kelompok menjadi padu karena, para anggota saling
menyukai satu sama lainnya, minat yang besar terhadap pekerjaan dan kelompok memberikan harga diri kepada
para anggota.
C.
Pendektan
Teknologi
Perkembangan
teknologi tidak bisa dihindari lagi oleh semua orang, dalam setiap sisi
kehidupan teknologi menemani setiap aktivitas yang dijalankan. Begitu juga
dengan guru, aktivitas keguruan di dalam kelas dewasaini juga sudah di bantu
oleh teknologi yang canggih baik berbasis komhhhunikasi maupun teknologi
komputerisasi.
Komponen
pengelolaan kelas dengan dengan memanfaatkan teknologi memerlukan persiapan
yang matang baik dari sisi kemampuan guru itu sendiri juga ketersediaan dan
seting kelas.
Pemanfaatan
teknologi informasi adalah basis dalam perkembangan pemeblajaran di dalam
kelas, baik dalam pengaturan kelas dengan alat teknologi tersebut(praktek),
maupunkelas yng di set t dengan alat teknologi yang memungkinkan anakdapat
mempelajari apa yang diminginkan dengan bantuan alat teknologi tersebut. Dari
hasil penelitian dapat dilihat bahwa teknologi memeberikan dan menuntut hal-hal
berikut:
a.
Menuntut guru
melakukan pekerjaan dan alat yang lebih rumit.
b.
Mengarah pada
peran guru sebagai pelatih dari pada sebagai penyalur pengrtahuan
c.
Menyediakan
kesempatan kepada guru untuk mempelajari
isi pembelajaran kembali dan menggunakan metode yang tepat berdasarkan
kurikulum yang ada
d.
Dapat
memeberikan dorongan kepada murid untuk bekerja lebih keras dan lebih
berhati-hati dalam belajar
e.
Membangun
budaya nilai dan mutu pekerjaan dalam sekolah secara signifikan
1.
Inovasi dalam
sarana kelas
Inovasi sara kelas harus mengacu pada
peraturan perundangan yang berlaku yaitu UUSPN
NO. 20 tahun2003 dan Standar Nasional Pendidikan PP 19 tahun2005 yang
berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga,
tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium , bengke kerja, tempat bermain,
tempat berkereasi dan berekreasi, serta sumber belajar lainnya, bahan habis
pakai, serta pelengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
Hal yang harus diperhatikan dalam
restrurisasi kelas dengan basis teknologi adalah hal yang penting bagi guru
ketika memikirkan bahwa pemelajaran berbasis teknologi tidak hanya terfokus
pada teknologi komputer, walaupun memang pada saat ini komputer adalah salah
satu alat yang sedang di gemari oleh sekolah dalam mendukung kegiatan anak
disekolah walaupun baru sampai pada taraf kegiatan ekstrakurikuler.
2.
Yang harus
dipikirkan dan menjadi bahan pertanyaan bagi guru ketika membuat perencanaan
pengajaran dengan berbasiskan teknologi. Beberapa yang harus diperhatikan ada
dalam teknologi yang kita gunakan adalah:
a.
Teknologi itu
bisa menyediakan informasi
b.
Membangun
pengetahuan dan keterampilanmurid
c.
Bisa mengakses
sumber belajar lainnya.
Guru berkepentingan memilih dan menentukan teknologi yang di gunakan
terutama kaitannya dengan kepentingan spesifikasi kegiatan belajar yang harus
di lakukan oleh siswa dan hasil yang diharpkan
3.
Implikasinya
bagi guru dalam memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran adalah mempelancar
kegiatan dan memudahkan dalam proses pembelajaran karena sebagai berikut:
a.
Menuntut
banyak kegiatan siswa dan menuntut murid untuk banyak berhati-hati untuk
menyiakan pekerjaannya
b.
Dapat
menyajikan bahan ajar yang komplek
c.
Mempercayai
murid dapat memahami konsep-konsep yang berat
d.
Dapat
mempertemukan kebutuhan individual murid yang paling baik
e.
Dapat lebih
memfokuskanpada kegiatan murid sebagai senter dalam proses pembelajarannya
f.
Membuka lebih
luas perbedaan-perbedaan individual dan permasalahan- permasalahan yang muncul
dalam pembelajaran
g.
Membuka
kesempatan yang lebih luas dalam perbedaan pengalaman belajar bagi murid
h.
Lebih
profesional, karena diantara alat yang
ada dapat mengurangi waktu dalam memberikan instruksi dan lebih kepada membantu anak dalam belajar.
4.
Pertanyaan
guru ketika memulaui pembelajaran dengan basis teknologiadalah;
a.
Bagaimana
murid mereaksi terhadap teknologi yang dipergunakan dalam belajar?
b.
Bagaimana
teknologi memberikan dampak terhadap
pengetahuan yang akan diberikan kepada murid dan bagaimana murid dapat
menangkapnya?
c.
Bagaimana
teknologi dapat merubah rung dan waktu dalam kegiatan belajar mengajar?
d.
Keterampilan
baru apa yang harus dimiliki murid ketika akan memula belajar?
e.
Bagaimana
teknologi dapat merubah kelas dan hubungan guru dengan murid?
f.
Bagaimana
teknologi memberikan dampak terhadap prestasi di kelas?
g.
Bagaimana
teknologi ini bekerja /dijalankan
h.
Berapa banyak
waktu yang dibutuhkan untuk mempersiapakan teknologi dalam pembelajaran di
kelas?
i.
Apakah
teknologi dapat merubah gaya mengajar?
j.
Permasalahan-permasalahan
apa yang dapat ditemukan bila memanfaatkan teknologi terutama dalam pengelolaan
kelas?
5.
Lingkngan
untuk efektivitas penggunaan teknologi
Teknologi di dalam kelas membantu
mempelancar kegiatan belajar yang harus di lalui oleh murid dan memberikan
kemudahan bagi guru dalam proses mentransfer ilmu pengetahuan kepada muridnya.
Hal esensial yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
a.
Pelengkapan
teknologi harus tepat sesuai dengan kebutuhan pembelajaran
b.
Akan
membutuhkan banyak waktu dan mempelajarinya ketika teknologi masuk dalam program instruksional.
c.
Unsur-unsur
pendukung sangat dibutuhkan seperti, keselamatan, kenyamanan, dan keindahan
d.
Tenaga
pendukung juga diperlukan ketika penggunaan teknologi lebih kompleks.
6.
Pentingnya
guru yang inovatif dalam retruktrusi kelas berbasis teknologi
Setiap guru hedaknya menghendai muridnya dapat
belajar dan sukses dalam belajarnya. Keberhasilan dalam belajar murid akan
bergantung kepada usaha-usaha guru memberikan arahan dan bantuan dalam kegiatan
belajar . denga perbedaan yang dimiliki oleh murid teknologi memungkinkan
secara individual projek-projek perorangan dapat dilakukan dengan maxsimal,
tentunya dengan bantuan dan dorongan dari guru. Guru yang inovatif sangat
dibutuhkan dalam memanfaatkan teknologi sebagai alat bantu dalam pembelajaran yang
akan di lakukan. Dimulai dari kegiatan merencanakan pembelajaran, melaksankan
pembelajaran, samapi kepada penilaian hasil belajaran akan membutuhkan energi
yang tinggi. Oleh karena itu orang kreatif itu akan mudah dalam menemukan
inovasi-inovasi yang memungkinkan kegiatan pembelajarannya lebih cepat, lebih
berhasil, dan lebih bermanfaat bagi murid.
Komentar
Posting Komentar